daftar bocoran admin jarwo terpercaya
Pendapat Direktur Teknik RITS Beberkan Alasan Uji Coba Bayar Tol Tanpa Setop di Bali 1 Juni Batal

Pendapat Direktur Teknik RITS Beberkan Alasan Uji Coba Bayar Tol Tanpa Setop di Bali 1 Juni Batal

Pendapat Direktur Teknik RITS Beberkan Alasan Uji Coba Bayar Tol Tanpa Setop di Bali 1 Juni Batal

PT Roatex Indonesia Toll System (RITS) membeberkan alasan uji cobalah proses multi lane free flow (MLFF) di jalur tol Bali-Mandara yang sedianya ditunaikan pada awal Juni ini tertunda. Direktur Utama PT Roatex Indonesia Toll System, Attila Keszeg menyebutkan uji cobalah batal terlaksana pada awal Juni lantaran harmonisasi antar pemangku keperluan yang belum tercapai.

Dia menjelaskan, tingkat kesiapan proses MLFF dipengaruhi oleh lebih dari satu hal. Di antaranya soal legalitas, penegakan hukum, proses pusat, kesiapan tekhnis seperti kamera, mobil, proses cloud, hingga persiapan operasi dari RITS.

“Saling ketergantungan ini untuk memastikan bahwa tiap-tiap orang siap tepat waktu. Karena ada sejumlah hal yang wajib dilalui. Kami wajib mengembangkan perangkat lunak hingga titik tertentu. Kemudian Korlantas dapat menambahkan masukan kepada kami. Kemudian regulasinya. Tapi itu lebih sebab tingkat kesiapan kita yang tidak cukup maju. Ini kompleksitas independensi.” katanya didalam tempat briefing di Kedubes Hungaria, Kamis (15/6/23).

Meski tak menyebutkan elemen apa yang belum siap, namun dia bilang hal ini merupakan kejadian yang normal. Menurutnya, secara tekhnis waktu ini tidak ada hal yang jadi kekhawatiran.

“Terlalu dini untuk menyebutkan kekhawatiran. Misalnya kamera pengecekan AI, sebab itu berlangsung tiap-tiap hari, mereka belajar, mereka memantau. Ini adalah pengujian terakhir, tidak ada masalah. Kami sedang didalam proses. Ini adalah proses yang semuanya normal. Tidak ada area untuk kegelisahan waktu ini sebab sesungguhnya kita tidak mengklaim itu sudah selesai. Kami sedang menguji.” mengerti Atila.

Direktur Teknik RITS, Gyula Orosz menambahkan, proyek yang dibangun di Indonesia waktu ini tidak 100% serupa dengan yang sudah dibangun di Hungaria. Teknologi yang serba baru diterapkan di Indonesia memicu pihaknya terhitung wajib waktu yang memadai membuktikannya di Indonesia.

“Kami sedang menguji proses kita waktu ini. Kami tidak dapat mengklaim bahwa kita siap hingga semua spesifikasi dibikin dan diverifikasi. Pengujian sedang berlangsung waktu ini dan kita memiliki proses pengukuran mutu internal kita sendiri. Kami mengamati lebih dari satu proses keperluan pengembangan. Tapi sesudah itu kita terhitung mengamati lebih dari satu feedback dari eksternal, namun ini adalah proses yang normal.” jelasnya.

RITS memiliki lebih dari satu tanggung jawab didalam pembangunan proses MLFF di Indonesia berdasarkan kontrak yang sudah ditandatangani dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR. Di antaranya membiayai proyek dan juga penyelesaian semua perjanjian lain yang dibutuhkan sehubungan dengan hal tersebut.

Tanggung jawab lainnya adalah mendesain, mengadakan, mengembangkan, membangun, memasang, menyelesaikan, dan menguji sarana MLFF sesuai dengan ketetapan perjanjian konsesi. RITS terhitung bertanggung jawab atas operasi dan pemeliharaan sarana hingga sedia kan sarana yang sesuai dengan Key Performance Indicators (KPI) yang sudah disepakati dilansir dari laman binamargadki.net

Proyek berskema Design-Build-Finance-Operate-Transfer (DBFOT) dengan masa konsesi 9 tahun ini diyakini dapat membawa Indonesia sebagai tidak benar satu negara pengguna teknologi pembayaran jalur tol paling mutakhir di Asia Tenggara. Teknologi Global Navigation Satelit System (GNSS) yang dipakai sangat mungkin transaksi pembayaran tol tanpa berhenti lewat aplikasi di smartphone dan dibaca lewat satelit, supaya antrean di gerbang tol yang sepanjang ini jadi biang kemacetan di jalur tol dapat hilang.

Roatex Bantah Tagih Rp 1,2 T ke RI soal Proyek Bayar Tol Tanpa Setop

Gyula menjelaskan, RITS waktu ini selamanya berorientasi pada key performance indicator (KPI) yang disepakati sesuai kontrak dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Pendapatannya terhitung dapat bergantung dari KPI.

Sebelumnya, disebutkan kalau pemerintah ditagih US$ 80 juta atau setara Rp 1,2 triliun (kurs Rp 15.000/US$) oleh kontraktor proses MLFF, Multi Contact Zrt. Uang sebesar itu disebut untuk membiayai sistem.

Multi Cintact Zrf dipilih langsung oleh induk bisnis PT Roatex Indonesia Toll System (RITS). Baik kontraktor maupun perusahaan induk berbasis di Hungaria.

Pada peluang itu, Gyula terhitung membantah isu yang menyebut teknologi yang dikembangkan RITS tak mampu menangkap semua kendaraan yang melintas di jalur tol. Hal ini sempat disampaikan oleh eks Direktur Utama RITS, Musfihin Dahlan. Dia bilang waktu ini proses tersebut hanya mampu menanggung kira-kira 80% pendapatan, supaya ada potensi BUJT kehilangan penerimaannya hingga 20%.

Ia mengaku tak mengerti angka ini singgah dari mana. Menurutnya apa yang ditunaikan RITS waktu ini selamanya berorientasi pada key performance indicator (KPI) yang disepakati sesuai kontrak dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT).

“Tidak dapat ada kebocoran 20% serupa sekali. Kami tidak mengerti dari mana angka ini berasal, ini tiba-tiba. Namun berdasarkan kontrak kita dengan BPJT, kita memiliki KPI yang terlalu ketat. Jika Anda tidak menjangkau mereka, kita tidak diizinkan untuk memulai sistem. Jadi, pada dasarnya AI adalah titik awal yang lebih tinggi, AI ini studi dari hari ke hari. Dan kita saat ini jauh di atas KPI. Jadi kita tidak cemas dapat kebocoran ini,” ungkapnya didalam peluang yang sama.

By Froand

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *